Langsung ke konten utama

MENGGUGAT 1 JUNI

 


oleh : Utara Setia Nugraha

Awal dari kemunculan 1 juni sebagai hari kelahiran Pancasila memang masih menjadi polemik. Terjadinya polemik tidak lain karena dasar dari pengesahan itu terbilang cukup politis, karena Pemilihan 1 juni sebagai hari kelahiran Pancasila di dasarkan pada pidato Soekarno pada sidang BPUPKI, di mana pada sidang tersebut Soekarno mengeluarkan gagasanya.

Dari peristiwa itulah  Presiden Jokowi mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 yang mana isinya menetapkan 1 juni sebagai hari kelahiran Pancasila. Penetapan itu memunculkan banyak perdebatan karena hal tersebut dianggap sebagai upaya men-Soekarnoisasi Pancasila. Seperti yang khalayak umum tahu Presiden Jokowi sendiri merupakan petugas dari partai PDIP, yang mana partai tersebut ketua umumnya adalah Megawati Soekarnoputri, anak dari Presiden Soekarno.

Banyak kalangan yang keberatan mengenai hal tersebut dikarenakan Soekarno pada saat itu mengungkapkan gagasan sama juga seperti peserta sidang yang lain dalam perumusan. Men-Soekarnoisasikan Pancasila itu seperti menciderai peranan peserta sidang yang lain. Perlu diingat dalam sidang BPUPKI tidak hanya Soekarno yang mengungkapkan gagasanya tapi juga ada tokoh besar lain seperti Soepomo dan Moh Yamin.

Selain itu perumusan dasar negara atau yang dikenal dengan Pancasila itu juga tidak memakan waktu yang singkat. Rumusan dari Pancasila setelah penyempurnaan baru disahkan dan diresmikan secara resmi dalam sidang PPKI tanggal 18 agustus 1945. Maka dari itu memilih 1 juni sebagai hari kelahiran Pancasila dirasa juga pilihan yang kurang tepat.

Akibatnya banyak terjadi seperti fenomena seperti sekarang ini, di mana arti dan tafsir Pancasila dihegemoni oleh suatu kelompok atau suatu golongan saja. Bahayanya Pancasila digunakan untuk menstigma orang, seolah-olah orang atau ormas  yang berseberangan politik distigma menjadi  tidak Pancasilais  atau anti Pancasila.

Dari fenomena tersebut terdapat banyak kasus seperti pembubaran HTI dan FPI yang dinilai tidak pancasilais. Selain itu banyak juga tokoh- tokoh yang dicap tidak pancasilais karena tafsir dari pancasila hanya di kuasai oleh segelintir orang saja, yang mana orang-orang tersebut berada di dalam kekuasaan.

Sejatinya 1 juni kurang layak jika harus disebut sebagai hari lahir Pancasila karena elemen politis yang melatarbelakanginya sangatlah tinggi. Hal ini juga berdampak terhadap makna dan arti dari Pancasila yang hanya dihegemoni oleh segelintir orang saja, Akibatnya banyak orang yang distigma anti pancasila. Jika dilihat genealogi Pancasila, memang Pancasila itu dibuat untuk merangkul, merangkul banyak agama, merangkul banyak etnis, budaya dan suku. Akan tetapi Pancasila sekarang lebih digunakan sebagai alat kekuasaan untuk membungkam yang berbeda dan tidak sejalan.

# editor auzi 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masta Dan Makasa PK IMM FKIP UM Metro Diikuti Oleh Ratusan Peserta

  Metro - Ratusan peserta antusias untuk mengikuti Masa Ta'aruf (MASTA) dan Masa Kasih Sayang (MAKASA) Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas muhammadiyah (UM) Metro yang bertema "Membangun Mahasiswa FKIP yang berintegritas dan berjiwa sosial melalui semangat keilmuan dan Keislaman" , yang b ertempat di aula Gedung Buya Hamka UM Metro pada Sabtu, (21/09/ 2024 ).  Acara yang diselenggarakan oleh  PK IMM FKIP UM Metro ini bertujuan untuk mengenalkan mahasiswa baru dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah FKIP Universitas Muhammadiyah Metro serta untuk penguatan ikatan antar mahasiswa khususnya mahasiswa dilingkungan FKIP. Kegiatan ini diikuti oleh 250 peserta dari seluruh prodi yang terdapat di FKIP UM Metro. Dalam sesi pembukaan, Dekan FKIP UM Metro Dr. Arif Rahman Aththibby M.Pd.Si , menyampaikan bahwa “IMM adalah rumah yang mewadahi setiap HMPS, dengan harapan yang tulus untuk mewujudka...

JANGAN JADIKAN MEMBACA SEBAGAI HOBI

    Oleh : Kens Geo Danuarta Mahasantri Imadul Bilad 'Aisyiyah Kota Metro Ngantuk, bosen, gak hobi, kalimat yang akan sering kita jumpai saat kita membahas tentang kegiatan membaca. Kumpulan huruf yang membentuk kalimat demi kalimat itu memang terkesan membosankan, tidak tampak menarik, apa menariknya lembaran kertas yang berkumpul dalam sebuah buku? Tidak ada, bagi mereka yang tidak tahu cara menikmatinya.  Mari kita bawa sebuah analogi ringan untuk memebahas masalah ini, sebagai orang Indonesia tidak bisa rasanya kita berpisah dari sebuah makanan yan g Bernama ‘Nasi’ bahkan Sebagian orang belum mengatakan dirinya sudah makan jika belum memakan Nasi padahal sudah memakan makanan dengan kandungan yang sama dengan Nasi dan mencukupi kebutuhan harian badan, namun jika belum memakan Nasi maka dia tetap akan mengatakan bahwa dirinya belum makan. Tetapi coba bayangkan, sepiring Nasi dihadapan kita tanpa didamping atau disetai dengan lauk lainya, hanya Nasi saja. Apa yang dapat...

PK IMM FH UM Metro Sukses Gelar Pelatihan Jurnalistik di Desa Banjar Rejo

  Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Metro sukses mengadakan Pelatihan Jurnalistik di Desa Banjar Rejo pada Jumat, 29 November 2024, pukul 08.00 WIB hingga selesai. Pelatihan yang berlangsung selama satu hari ini dihadiri oleh Kepala Desa Banjar Rejo, mahasiswa, anggota PK IMM FH UM Metro, warga desa, serta pemuda Karang Taruna. Para peserta mendapatkan pemahaman tentang dasar-dasar jurnalistik, teknik penulisan berita, serta etika jurnalistik. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan penulisan berita sesuai standar jurnalistik di kalangan mahasiswa, masyarakat, dan pemuda setempat. Dalam sambutannya, pemateri utama, Bungsudi, M.Pd selaku Penanggung Jawab Podcast dan Website UM Metro, menekankan pentingnya peran jurnalistik dalam menyampaikan informasi yang akurat dan berimbang. “Jurnalistik bukan hanya tentang menulis berita, tetapi juga tentang memberikan informasi yang dapat memberdayakan m...